Sunday, October 08, 2006

Setiap orang pasti pernah mengagumi seseorang yang lain. Entah, atas dasar apa dia mengaguminya, tapi biasanya dia mempunyai sebuah sifat maupun kharakter tertentu yang mambuat orang lain itu tertarik dan ingin mencontoh atau bahkan ingin dekat dengannya. Terkait dengan rasa kagum ini, saya juga pernah mengalaminya.

Sewaktu masih aktif kuliah dulu, saya sering terlibat aksi demonstrasi. Jelas, banyak kenangan indah saat melakukan aksi demonstrasi itu. Mulai dari dikejar-kejar polisi karena aksi berlangsung ricuh, sampai ditantang berkelahi oleh salah satu ketua DPRD di kota saya. Mengingatnya membuat saya tersenyum sendiri. Tapi, ada secuil kisah yang terselip ketika berlangsungnya aksi demonstrasi yang ingin saya ceritakan dan ingin saya bagikan disini.

Waktu itu aksi demonstrasi tepat berlangsung ditengah teritnya matahari yang menyengat. Sekujur tubuh dan muka terbalut dengan basah keringat. Hingga kudapati banyak yang kepayahan dengan berkali-kali mengusap keringat di wajah mereka, para peserta aksi. Sementara di luar barisan aksi banyak orang yang menontonnya. Salah satunya adalah seorang gadis kecil lusuh yang berdiri menyaksikan aksi kami. Dalam penglihatan sepintas saya, dia seorang pengamen kecil yang mengumpulkan uang untuk makan dari kebaikan orang-orang yang kebetulan berbelas kasihan padanya.

Bukk…..

Tak disangka, tiba-tiba dia jatuh pingsan.
Mulutnya mengeluarkan busa.

Untuk beberapa saat tak ada yang menolongnya. Sampai salah seorang akhwat muslimah berjilbab lebar dengan sigap menolong gadis kecil itu. Membersihkan busa di mulutnya dan mencoba untuk menyadarkannya.

Salah seorang pegawai Kabupaten yang kebetulan sedang berada di dekatnya berkata
“Mbak biarkan saja, itu anak sudah bisa begitu, dia memang terkena penyakit epilepsi”
Rupanya, hati kecil akhwat muslimah berjilbab lebar itu berontak
“Bapak ini nggak punya perasaan, kalau anak ini mati gimana” katanya dengan nada agak keras.
Mendengar kata-katanya, pegawai itu beringsut tak bisa berkata apa-apa.
Sementara, dia masih sibuk membersikan lagi busa yang masih yang keluar dari mulut gadis kecil itu

Akhwat muslimah berjilbab lebar itu tak merasa jijik. Yang dia pikirkan barangkali bagaimana bisa menolong gadis kecil itu. Jujur saja, saya hanya bisa memandanginya saat menolong gadis itu dan sedikit memberikan sisa-sisa tisu dan sebotol air mineral untuk diminumkan pada gadis itu. Setelah beberapa lama, gadis kecil itu pun tersadar.

Deg..deg deg..jujur saya kagum dengan apa yang dilakukan akhwat berjilbab lebar itu.

Ditengah ketidak pedulian orang lain, dia cepat berinisiatif untuk menolong. Dia mungkin juga merasa jijik melihat busa yang keluar dari anak itu. Tapi, rupanya naluri kemanusiaannya tumbuh lebih besar hingga dia memutuskan untuk menolongnya.

Dari kagum datanglah cinta…ah !

Yah, ini yang paling saya takutkan. Seringkali, saya mudah sekali terhanyut dalam rasa kekaguman seperti ini untuk kemudian tak terasa ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang bernama cinta.

Kalau sudah begini, saya hanya bisa pasrah untuk membiarkan segenap rasa. Hanya saja, perlu dikelola saja agar semuanya tidak menjadikan gelap mata. Kekaguman buta yang setelahnya akan memberikan penyesalan. Semoga Allah memberikan jalan yang baik atas pengalaman yang pernah saya temui ini. (yon’s revolta)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home