Wednesday, September 13, 2006

Kekasih....

Kekasih....
Ketika kegelisahanku ini menyeruak dari dalam luapan hatiku...
Kau tahu betapa aku makin tak kuasa menahan beban kerinduan ini.
Aku makin tak kuasa hidup tanpa biasan senyum dari auramu yang merona.
Hatiku makin perih ketika tidak mendengar senandungmu kala malam.
Aku makin menjerit perih kala tak mendengar lantunan kidung suci yang kau pelukkan dalam jiwa ini meski hanya selintas bayang saja.

KEkasihku....
Aku yakin bahwa cinta atas kesetiaan akan membawa kita pada sebuah keabadian yang akan selalu menuntun kita,membawa kita pergi jauh, jauh pada puncak-puncak suci.
Betapa Aku gelisah memikirkanmu yang berada nun jauh disana.
Aku hanya menelan resah sendiri,menelan resah tanpa hadirmu.
Aku juga yakin bahwa kau juga akan menanti cintaku dan merasakan sesuatu yang sama denganku saat ini.
Walau entah kapan cinta itu akan menyatukan kita.
Itulah keyakinanku dengan apa yang kusebut dengan mencintaimu.
Meski terkadang kesetiaan yang kau genggam lebih kuat daripada kesetiaan yang aku miliki.
Terlalu banyak luka yang ku torehkan atas kesetiaan yang kau jaga.
Terlalu banyak luka yang kutaburkan dalam hatimu atas kesetiaan yang sama-sama kita jaga.
Terlalu setia kau dengan duka dan derita atas risalah cinta kita.
Terlalu banyak nyeri yang kuberi.
Tapi kau mampu dan bisa menerimanya dengan lapang.
Dan, kau bisa menerima kekurangan cinta(antara kau dan aku apa adanya); dan begitu sederhananya cinta yang terjalin antara kita ini. tanpa kau keluhkan padaku, tanpa kau tanyakan perihal kesederhanaan yang ada.KIta yakin dan kita saling percaya bahwa kita akan menjaga kesetiaan antara kita. Menunggu dan menunggu hingga kaki tak mampu lagi mendaki ngarai bumi yang kian bengis berputar memijakkan rotasinya antara cinta kita.
Cinta yang kita arungi dari risalah yang kita maknai dari kesunyian dan ketidak tahuan kita tentangnya,lalu kita ejawantah sedemikian rupa hingga terlahirlah cinta ini.
Cinta yang dilempari dari alam berantah,lalu kita memanggulnya,memungutnya dalam hati. kita tak kuasa dan lelah dengannya. kita merawat dan menjaga meski selalu sakit rasanya. Tapi itulah kenikmatan cinta,cinta yang luka.
Aku tahu bahwa kau juga menahan gemuruh yang tak terjemahkan dalam kata.
Aku mencintaimu tanpa terselip tendensi yang akan menghancurkan kita pada sebuah prasangka,sebuah prasangka yang akan menghancurkan kita dari bangunan cinta,aku tidak ingin menjadi penjahat yang menghancurkan singgasana cinta. Dan aku tak ingin jadi tuan yang merubuhkan rumahnya sendiri. Kutak ingin hanya karena setetes api akan menghanguskan seluruh belantara cinta dan asmara yang telah kita dekap beberapa saat yang lalu.
(bersambung)

1 Comments:

At 6:45 AM, Blogger Bunda HaNa said...

hmm...
duhai kekasih hati...
hehehehe Dialog Dua Hati...
Jagalah Hati... :P

 

Post a Comment

<< Home